Minggu, 23 Maret 2014

Perekonomian Indonesia

Sistem ekonomi adalah kumpulan dari beberapa mekanisme dan beberapa lembaga ekonomi dalam melaksankan aktivitasnya. Secara global sistem ekonomi terbagi menjadi 3, yaitu : sistem ekonomi kapitalis, sistem ekonomi sosialis, dan sistem ekonomi campuran. Sistem ekonomi antar negara yang satu dan lainnya tentu memiliki acuan yang berbeda. Misalnya saja Amerika Serikat menganut sistem ekonomi kapitalis campuran yang didukung dengan sumber daya yang melimpah, infrastruktur yang dikembangkan dengan baik, dan produktivitas yang tinggi. Sedangkan Indonesia sendiri menganut  Sistem Ekonomi Pancasila (SEP) yang merupakan sistem ekonomi yang bersumber dan dibangun dari nilai-nilai yang dianut dalam masyarakat Indonesia. Berlandaskan Undang- Undang Dasar 1945 yang tertuang dalam Pasal 33 ayat (1), (2), (3), dan (4) mengenai perekonomian nasional dan kesejahteraan rakyat, yang berbunyi :
Pasal 1 : “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan”
Pasal 2 : “Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara”
Pasal 3 : “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”
Pasal 4 : “Perekonomian nasional diselenggarakkan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional”

Dari isi undang-undang tersebut ada beberapa prinsip dasar yang ada dalam Sistem Ekonomi Pancasila tersebut antara lain berkaitan dengan prinsip kemanusiaan, nasionalisme ekonomi, demokrasi ekonomi yang diwujudkan dalam ekonomi kerakyatan, dan keadilan. Tentunya setiap sistem perekonomian memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Di Indonesia permasalahan sistem ekonomi sudah terjadi sejak lama, yang menimbulkan gap atau kesenjangan yang belum bisa dihilangkan sampai saat ini. Masalah ekonomi itu sendiri timbul sebagai akibat dari ketidak seimbangan diantara keinginan manusia untuk mendapat barang dan jasa dengan kemampuan faktor-faktor produksi menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi keinginan tersebut. Keinginan manusia jumlahnya adalah jauh melebihi kemampan faktor-faktor produksi yang tersedia untuk memenuhinya. Oleh karena itu, masyarakat harus membuat pilihan-pilihan sehingga mereka dapat mencapai kesejahteraan yang paling tinggi dalam menggnakan faktor-faktor produksi yang tersedia. Dengan adanya pemikiran bahwa kebutuhan manusia tidak ada batasnya membuat sebagian individu menggunakan berbagai cara dalam memenuhi kebutuhannya. Contoh gap atau kesenjangan dalam perekonomian Indonesia adalah korupsi yang tinggi, tingkat produksi yang tidak tercapai, dan distribusi yang belum merata. Lalu sebenarnya apa yang salah dengan sistem ekonomi negara kita ini. Menurut saya semakin banyaknya gap yang terjadi dilatar belakangi kebiasaan/budaya, kependidikan dan sistem pendidikan yang tidak berorientasi kepada Pancasila serta dapat melahirkan perencanaan dan pengelolaan ekonomi nasional yang disoriented. Dengan adanya kasus korupsi yang semakin meningkat membuat para investor berpikir ulang untuk menanamkan modalnya, karena pihak investor tentunya tidak mau mengambil resiko yang besar dalam menjalankan bisnisnya,  tentunya ini menjadi deret  panjang penyebab situasi ekonomi yang tidak pasti. Menentukan barang dan jasa yang harus diproduksi pun menjadi permasalahan pokok dalam perekonomian sebagai akibat langsung daripada ketidakmampuan sumber-sumber daya yang tersedia untuk memproduksi semua barang yang dibutuhkan masyarakat, maka dari itu masyarakat perlu memilih kebutuhan mana yng menjadi prioritas utama. Maka pilihan-pilihan tersebut akan menentukan penggunaan faktor-faktor produksi. Selanjutnya kita juga harus bisa menentukan cara barang diproduksi agar lebih efisien , misalnya dengan penerapan teknologi yang canggih serta untuk siapa barang tersebut diproduksi terkait dengan pendistribusian pendapatan individu didasarkan kepada pembayaran untuk faktor-faktor produksi, maka masalah ketidak seimbangan dalam distrubusi pendapatan akan timbul, sehingga yang kaya akan bertambah kaya, sedangkan yang miskin akan menghadapi banyak kesulitan utntuk memperoleh pendapatan yang sesuai. Padahal jika ditinjau dengan letak geografis negara Indonesia sungguh sangat banyak sumber daya alam yang bisa menjadi sumber pendapatan untuk kemajuan ekonomi, namun masyarakat tidak dapat memanfaatkanya dengan bijak malah lebih terkesan mengeksploitasi sumber daya yang ada tanpa pemikiran bagaiaman untuk mengembangkannya. Padahal sudah jelas dipaparkan dalam undang-undang bahwa Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Namun kenyataannya tidaklah demikian. Tentu dengan adanya banyak masalah ekonomi yang terjadi solusi yang dapat dilakukan dari segi sistem adalah sistem ekonomi pancasila harus segera ditinjau ulang agar tidak melenceng dan harus menjiwai setiap kebijaksanaan dalam program-program ekonomi serta dari sisi lembaga negara yaitu dengan adanya pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat banyak khusus pangan, sandang, dan perumahan, pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan, pemerataan kesempatan kerja, pemerataan kesempatan bersaha dan pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh tanah air.

Jumat, 21 Maret 2014

Berpikir dan Bernalar



Pengertian Berpikir dan Bernalar
Manusia adalah makhluk ciptaan tuhan yang diberi akal dan pikiran, yang membedakannya dengan makhluk yang lain. Sebagai manusia tentunya kita selalu berpikir dalam melakukan berbagai kegiatan misalnya kita berpikir saat menulis artikel, makalah atau dalam mengambil keputusan. Dalam kehidupan sehari-hari kita seringkali menyamakan kegiatan berpikir dan bernalar. Namun, dalam hal berpikir dan bernalar merupakan sesutu yang berdeba.
Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak. Tetapi pada dasarnya berpikir tidak hanya berkaitan dengan aktivitas otak saja, tentunya pengertian dari berpikir memiliki arti yang luas dan berbeda bagi setiap individu. Pengertian dasar berpikir menurut (Bochenski, dalam Suriasumantri (ed), 1983:52) adalah berkembangnya ide dan konsep didalam diri seseorang. Secara sederhana, berpikir yaitu memproses informasi secara mental atau secara kognitif. Sedangkan pendapat lain memaparkan berpikir merupakan tingkah laku yang menggunakan ide-ide yaitu proses simbolis. Kemdian secara formal, berfikir adalah penyusunan ulang atau manipulasi kognitif baik informasi dari lingkungan maupun simbol-simbol yang disimpan dalam long term memory. Jadi, berpikir adalah sebuha hasil dari beberapa asumsi-asumsi, peristiwa, ide, konsep, atau informasi yang kemudian tertuang menjadi sebuah pemaparan.  Berdasarkan pendapat para ahli berpikir terbagi menjadi beberapa macam, yaitu :
1.      Berpikir alamiah
2.      Berpikir ilmiah
3.      Berpikir autistik
4.      Berpikir realistik, meliputi berpikir deduktif, induktif dan evaluatif.
Penalaran adalah suatu alur berpikir agar kalimat dapat dipertanggungjawabkan, dapat dipahami dengan mudah dan cepat serta tidak menimbulkan kesalah pahaman logika. Sedangkan menurut Sudarminta, bernalar adalah kegiatan pikiran untuk menarik kesimpulan dari premi-premi yang sebelumnya sudah diketahui. Bernalar bias mengambil bentuk induktif, deduktif, ataupun abduktif. Penalaran induktif merpakan proses penarikan kesimpulan yang berlaku umum (universal) dari rangkaian kejadian yang bersifat khusus (pertikular). Sebaliknya, penaran deduktif daalh penarikan kesimpulan khusus berdasarkan hukum atau pernyataan yang berlaku umum. Sedangkan penalaran abduktif adalah penaran yang sering terjadi dalam merumuskan hipotesis.
Oleh sebab itu, bernalar merupakan aspek yang penting dalam berpikir. Akan tetapi, menyamakan berpikir dan bernalar, seperti pemaparan Sudarminta, merupakan suatu penyempitan konsep berrpikir. Maka alangkah baiknya jika kita sebagai manusia memanfaatkan kempuan yang ada pada diri kita dengan berpikir dan bernalar dengan baik.

Sumber :