Minggu, 12 Oktober 2014

Model Pengambilan Keputusan



MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN
NAMA KELOMPOK :
1.      ASTUTI DIAH PERTIWI (18211124)
2.      HEDWIG AJENG GRAHANI (18211164)
3.      PUTRI EKA MARDIATI (15211643)
4.      RINI RISNAWATI (16211237)
5.      ROPINGAH (16211457)
KELAS : 4EA01


A.    PENGERTIAN MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Model adalah percontohan yang mengandung unsur yang bersifat penyederhanaanuntuk dapat ditiru. Sedangkan pengambilan keputusaan adalah suatu proses berurutan yang memerlukan penggunaan model secara cepat dan benar.
Menurut Olaf Hermer model adalah abstraksi, elemen-elemen tertentu dari situasi yang mungkin dapat membantu seseorang menganalisis keputusan dan memehaminya dengan lebih baik.
B.     PENTINGNYA MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1.      Untuk mengetahui apakah hubungan yang bersifat tunggal dari unsu-unsur itu ada relevansinya terhadap masalah yang akan dipecahkan diselesaikan itu.
2.      Untuk memperjelas (secara eksplisit) mengenai hubungan signifikan diantara unsur-unsur itu.
3.      Untuk merumuskan hipotesis mengenai hakikat hubungan-hubungan antar variable.
4.      Untuk memberikan pengelolaan terhadap pengambilan keputusan.
C.    KLASIFIKASI MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Klasifikasi model pengambilan keputusan dapat digolongkan berdasarkan :
*      Tujuannya: model latihan, model keputusan, model perencanaan. Pengertian tujuan disini adalah dalam arti purpose.
*      Bidang penerapannya (field of application) : model tentang transportasi, model tentang persediaan barang, model tentang pendidikan, model tentang kesehatan,dll.
*      Tingkatannya (level) : model tingkat manajemen kantor, tingkat kebijakan nasional, kebijakan regional, kebijakan lokal,dll.
*      Ciri waktunya (time character) : model statis dan model dinamis.
*      Bentuknya (form) : model dua sisi, satu sisi, tiga dimensi, model konflik, dan non konflik.
*      Pengmbangan analitik (analyticdevelopment) : tingkat dimana matematika perlu digunakan,dll.
*      Kompleksitas (complexity): model sangat terinci, model sederhana, model global, model keseluruhan, dll.
*      Formalisasi (formalization): modelmengenai tingkat dimana interaksi itu telah direncanakan dan hasilnya sudah dapat diramalkan, namun secara formal perlu dibicarakan juga.
Selanjutnya Quade membedakan model kedalam dua tipe, yaitu :
1.      Model Kuantitatif
Model kuantitatif (model matematika) adalah serangkaian asumsi yang tepat yang dinyatakan dalam serangkaian hubungan matematis yang pasti, ini dapat berupa persamaan atau analisis lainnya, atau merupakan instruksi bagi komputer yang berupa program-program untuk  komputer. Ada pun ciri-ciri pokok model ini ditetapkan secara lengkap melalui asumsi-asumsi, dan kesimpulan berupa konsekuensi logis dari asumsi-asumsi tanpa menggunakan (praktik) atau permasalahan yang dibuat model untuk pemecahannya.
Contoh : Indikator dari pemerataan dan perluasan pendidikan yaitu APK (Angka Partisipasi Kotor) dan APM ( Angka Partisipasi Murni) untuk menentukan APM tersebut dapat digunakan rumus sebagai berikut :
APM = Usia 7 – 12 tahun yang ditampung di sekolah   × 100%
                                    Usia 7 – 12 tahun seluruh siswa
2.      Model Kualitatif
Model kualitatif didasarkan atas asumsi-asumsi yang ketetapannya agak kurang jika dibandingkan dengan model kuantitatif dan ciri-cirinya digambarkan melalui kombinasi dari deduksi-deduksi asumsi-asumsi tersebut dan dengan pertimbangan yang lebih bersifat subjektif mengenai proses atau masalah yang pemecahannya dibuatkan model.
Contoh : Peningkatan mutu dan relevansi pendidikan merupakan masalah yang perlu dicari solusinya sehingga tidak terjadi lagi kondisi-kondisi yang memprihatinkan di dunia pendidikan di Indonesia. Adapun faktor yang signifikan dan alternatif solusi dalam masalah peningkatan mutu pendidikan adalah manajemen yang efektif dan potensial serta terbentuk sekolah-sekolah yang mandiri, yaitu sekolah yang mampu mengelola dirinya sendiri tanpa harus menunggu instruksi dari atasan, sehingga kemandirian dan kebebasan dalam mengaktualisasikan seluruh potensi yang dimiliki dapat menghasilkan karya-karya yang orisinil yang bergunabagi peningkatan mutu pendidikan.
Sumber :
M.Iqbal, Teori Pengambilan Keputusan
Darnius, Open. 2004. Pemakaian Peluang Dalam Membuat Keputusan. Jurusan Matematika FMIPA Universitas Sumatra Utara

Rabu, 04 Juni 2014

Artikel Pengembangan

Ciwidey Lumbung Strawbery



1.     Sejarah perkebunan strawbery di Ciwidey
1.1          Awal mula tanaman strawbery di Ciwidey
Sejarah perkebunan strawbery tidak bisa lepas dari peran pusat pengembangan pemasaran strawbery ciwidey(P3SC) anur, sebuah perusahaan dagang milik ridwan soleh yang beralamat di jalan raya ciwidey kilometer 6 n0 180. Bermula pada tahun 1996 ada pegawai perkebunan teh di Ciwidey yang berkebangsaan Jepang menanam strawbery berjenis nyoho (fragaria nilgerrensisi), untuk konsumsi sendiri. Sepulang mereka tahun 1997, mengembangkan perkebunan strwbery yang bermula dari 5 bibit selanjutnya berkembang hingga ribuan bibit.
1.2         Pekembangan tanaman strawbery sebagai lumbung strawbery Ciwidey
Perkembangan perkebunan strawbery yang mencapai luas lahan tanam strawabery di ciwidey dan sekitarnya mencapai ± 200 hektar, membuat ciwidey menjadi terkeal sebagai lumbung strawbery.
2.    Prioritaskan kualitas dan kuantitas
2.1         Jenis strawbery yang ditanam
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Genus : Fragaria
Spresies : Fragaria spp
Stroberi yang kita temukan di pasar swalayan adalah hibrida yang dihasilkan dari persilangan F. virgiana L. var Duchesne asal Amerika Utara dengan F. chiloensis L. var Duchesne asal Chili. Persilangan itu menghasilkan hibrid yang merupakan stroberi modern (komersil) Fragaria x annanassa var Duchesne. Varitas stroberi introduksi yang dapat ditanam di Indonesia adalah Osogrande, Pajero, Selva, Ostara, Tenira, Robunda, Bogota, Elvira, Grella dan Red Gantlet. Di Cianjur ditanam varitas Hokowaze asal Jepang yang cepat berbuah. Petani Lembang (Bandung) yang sejak lama menanam stroberi, menggunakan varitas lokal Benggala dan Nenas yang cocok untuk membuat makanan olahan dari stroberi seperti jam.
2.2        Teknik penanaman yang baik
2.2.1             Iklim
1.     Tanaman stroberi dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan 600-700 mm/tahun.
2.    Lamanya penyinaran cahaya matahari yang dibutuhkan dalam pertumbuhan adalah 8–10 jam setiap harinya.
3.    Stroberi adalah tanaman subtropis yang dapat beradaptasi dengan baik di dataran tinggi tropis yang memiliki temperatur 17–20 derajat C.
4.    Kelembaban udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman stroberi antara 80-90%.
2.2.2            Media Tanam
1.     Jika ditanam di kebun, tanah yang dibutuhkan adalah tanah liat berpasir, subur, gembur, mengandung banyak bahan organik, tata air dan udara baik.
2.    Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang ideal untuk budidaya stroberi di kebun adalah 5.4-7.0, sedangkan untuk budidaya di pot adalah 6.5–7,0.
3.    Jika ditanam dikebun maka kedalaman air tanah yang disyaratkan adalah 50-100 cm dari permukaan tanah. Jika ditanam di dalam pot, media harus memiliki sifat poros, mudah merembeskan airdan unsur hara selalu tersedia.
2.2.3            Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat yang memenuhi syarat iklim tersebut adalah 1.000-1.500 meter dpl.
2.3        Pengurusan saat panen
2.3.1             Ciri dan Umur Panen
a.    Buah sudah agak kenyal dan agak empuk.
b.    Kulit buah didominasi warna merah: hijau kemerahan hingga kuning kemerahan.
c.    Buah berumur 2 minggu sejak pembungaan atau 10 hari setelah awal pembentukan buah.
2.3.2            Cara Panen
Panen dilakukan dengan menggunting bagian tangkai bunga dengan kelopaknya. Panen dilakukan dua kali seminggu.
2.4        Pengurusan pasca panen
a.    Pengumpulan : Buah disimpan dalam suatu wadah dengan hati-hati agar tidak memar, simpan di tempat teduh atau dibawa langsung ke tempat penampungan hasil. Hamparkan buah di atas lantai beralas terpal/plastik. Cuci buah dengan air mengalir dan tiriskan di atas rak-rak penyimpanan.
b.    Penyortiran dan Penggolongan : Pisahkan buah yang rusak dari buah yang baik. Penyortiran buah berdasarkan pada varietas, warna, ukuran dan bentuk buah. Terdapat 3 kelas kualitas buah yaitu:
·         Kelas Ekstra: (1) buah berukuran 20-30 mm atau tergantung spesies; (2) warna dan kematangan buah seragam.
·         Kelas I: (1) buah berukuran 15-25 mm atau tergantung spesies; (2) bentuk dan warna buah bervariasi.
·         Kelas II: (1) tidak ada batasan ukuran buah; (2) sisa seleksi kelas ekstra dan kelas I yang masih dalam keadaan baik.
c.    Pengemasan dan Penyimpanan : Buah dikemas di dalam wadah plastik transparan atau putih kapasitas 0,25-0,5 kg dan ditutup dengan plastik lembar polietilen. Penyimpanan dilakukan di rak dalam lemari pendingin 0-1 derajat C.
3.    Manfaat dan Budidaya
3.1         Manfaat
Buah stroberi dimanfaatkan sebagai makanan dalam keadaan segar atau olahannya. Produk makanan yang terbuat dari stroberi telah banyak dikenal misalnya sirup, jam, ataupun stup (compote) stroberi.
3.2        Budidaya
3.2.1             Pembibitan
Stroberi diperbanyak dengan biji dan bibit vegetatif (anakan dan stolon atau akar sulur). Adapun kebutuhan bibit per hektar antara 40.000-83.350.
1.     Perbanyakan dengan biji
a.    Benih dibeli dari toko pertanian, rendam benih di dalam air selama 15 menit lalu keringanginkan.
b.    Kotak persemaian berupa kotak kayu atau plastik, diisi dengan media berupa campuran tanah, pasir dan pupuk kandang (kompos) halus yang bersih (1:1:1). Benih disemaikan merata di atas media dan tutup dengan tanah tipis. Kotak semai ditutup dengan plastik atau kaca bening dan disimpan pada temperatur18-20 derajat C.
c.    Persemaian disiram setiap hari, setelah bibit berdaun dua helai siap dipindahtanam ke bedeng sapih dengan jarak antar bibit 2-3 cm. Media tanam bedeng sapih sama dengan media persemaian. Bedengan dinaungi dengan plastik bening. Selama di dalam bedengan, bibit diberi pupuk daun. Setelah berukuran 10 cm dan tanaman telah merumpun, bibit dipindahkan ke kebun.
2.    Bibit vegetatif untuk budidaya stroberi di kebun Tanaman induk yang dipilih harus berumur 1-2 tahun, sehat dan produktif. Penyiapan bibit anakan dan stolon adalah sebagai berikut:
        1. Bibit anakan : Rumpun dibongkar dengan cangkul, tanaman induk dibagi menjadi beberapa bagian yang sedikitnya mengandung 1 anakan. Setiap anakan ditanam dalam polibag 18 x 15 cm berisi campuran tanah, pasir dan pupuk kandang halis (1:1:1), simpan di bedeng persemaian beratap plastik.
        2. Bibit stolon : Rumpun yang dipilih telah memiliki akar sulur pertama dan kedua. Kedua akar sulur ini dipotong. Bibit ditanam di dalam atau polibag 18 x 15 cm berisi campuran tanah, pasir dan pupuk kandang (1:1:1). Setelah tingginya 10 cm dan berdaun rimbun, bibit siap dipindahkan ke kebun.
3.  Bibit untuk budidaya stroberi di polibag : Pembibitan dari benih atau anakan/stolon dilakukan dengan cara yang sama, tetapi media tanam berupa campuran gabah padi dan pupuk kandang (2:1). Setelah bibit di persemaian berdaun dua atau bibit dari anakan/stolon di polibag kecil (18 x15) siap pindah, bibit dipindahkan ke polibag besar ukuran 30 x 20 cm berisi media yang sama. Di polibag ini bibit dipelihara sampai menghasilkan.
3.2.2            Pengolahan media tanam
1.     Budidaya di Kebun Tanpa Mulsa Plastik
a.    Di awal musim hujan, lahan diolah dengan baik sedalam 30-40 cm.
b.    Keringanginkan selama 15-30 hari.
c.    Buat bedengan: lebar 80 x 100 cm, tinggi 30-40 cm, panjang disesuaikan dengan lahan, jarak antar bedengan 40 x 60 cm atau guludan: lebar 40 x 60 cm, tinggi 30-40 cm, panjang disesuaikan dengan lahan, jarak antar guludan 40 x 60 cm.
d.    Taburkan 20-30 ton/ha pupuk kandang/kompos secara merata di permukaan bedengan/ guludan.
e.    Biarkan bedengan/guludan selama 15 hari. f) Buat lubang tanam dengan jarak 40 x 30 cm, 50 x 50 cm atau 50 x 40 cm.
2.    Budidaya di Kebun Dengan Mulsa Plastik.
a.    Di awal musim hujan, lahan diolah dengan baik dan keringanginkan 15-30 hari.
b.    Buatlah bedengan: lebar 80 x 120 cm, tinggi 30-40 cm, panjang disesuaikan dengan lahan, jarak antar bedengan 60 cm atau guludan: lebar bawah 60 cm, lebar atas 40 cm, tinggi 30-40 cm, panjang disesuaikan dengan lahan, jarak antar bedengan 60 cm.
c.    Keringanginkan 15 hari.
d.    Taburkan dan campurkan dengan tanah bedengan/guludan 200 kg urea, 250 kg SP-36 dan 100 kg/ha KCl.
e.    Siram hingga lembab.
f.    Pasang mulsa plastik hitam atau hitam perak menutupi bedengan/guludan dan kuatkan ujung-ujungnya dengan bantuan bambu berbentuk U.
g.    Buat lubang di atas plastik seukuran alas kaleng bekas susu kental manis. Jarak antar lubang dalam barisan 30, 40 atau 50 cm, sehingga jarak tanam menjadi 40 x 30, 50 x 50 atau 50 x 40 cm.
h.    Buat lubang tanam di atas lubang mulsa tadi.
3.    Pengapuran : Bila tanah masam, 2-4 ton/ha kapur kalsit/dolomit ditebarkan di atas bedengan/guludan lalu dicampur merata. Pengapuran dilakukan segera setelah bedengan/guludan selesai dibuat.

4.    Hama dan Penyakit
4.1         Hama
1.     Kutu daun (Chaetosiphon fragaefolii)
o    Kutu berwarna kuning-kuning kemerahan, kecil (1-2 mm), hidup bergerombol di permukaan bawah daun.
o    Gejala: pucuk/daun keriput, keriting, pembentukan bunga/buah terhambat.
o    Pengendalian: dengan insektisida Fastac 15 EC dan Confidor 200 LC.
2.    Tungau (Tetranychus sp. dan Tarsonemus sp.)
o    Tungau berukuran sangat kecil, betina berbentuk oval, jantan berbentuk agak segi tiga dan telur kemerah-merahan.
o    Gejala: daun berbercak kuning sampai coklat, keriting, mengering dan gugur.
o    Pengendalian: dengan insektisida Omite 570 EC, Mitac 200 EC atau Agrimec 18 EC.
3.    Kumbang penggerek bunga (Anthonomus rubi), kumbang penggerek akar (Otiorhynchus rugosostriatus) dan kumbang penggerek batang (O. sulcatus).
o    Gejala: di bagian tanaman yang digerek terdapat tepung.
o    Pengendalian: dengan insektisida Decis 2,5 EC, Perfekthion 400 EC atau Curacron 500 EC pada waktu menjelang fase berbunga.
4.    Kutu putih (Pseudococcus sp.)
o    Gejala: bagian tanaman yang tertutupi kutu putih akan menjadi abnormal.
o    Pengendalian: kimia dengan insektisida Perfekthion 400 EC atau Decis 2,5 EC.
5.    Nematoda (Aphelenchoides fragariae atau A. ritzemabosi)
o    Hidup di pangkal batang bahkan sampai pucuk tanaman.
o    Gejala: tanaman tumbuh kerdil, tangkai daun kurus dan kurang berbulu.
o    Pengendalian: dengan nematisida Trimaton 370 AS, Rugby 10 G atau Nemacur 10 G.
4.2        Penyakit
1.     Kapang kelabu (Botrytis cinerea)
o    Gejala: bagian buah membusuk dan berwarna coklat lalu mengering.
o    Pengendalian: dengan fungisida Benlate atau Grosid 50 SD.
2.    Busuk buah matang (Colletotrichum fragariae Brooks)
o    Gejala: bah masak menjadi kebasah-basahan berwarna coklat muda dan buah dipenuhi massa spora berwarna merah jambu.
o    Pengendalian: dengan fungisida berbahan aktif tembaga seperti Kocide 80 AS, Funguran 82 WP, Cupravit OB 21.
3.    Busuk rizopus (Rhizopus stolonifer).
o    Gejala:
1.     buah busuk, berair, berwarna coklat muda dan bila ditekan akan mengeluarkan cairan keruh;
2.    di tempat penyimpanan, buah yang terinfeksi akan tertutup miselium jamur berwarna putih dan spora hitam.
o    Pengendalian: membuang buah yang sakit, pasca panen yang baik dan budidaya dengan mulsa plastik.
4.    Empulur merah (Phytophthora fragariae Hickman)
o    Gejala: jamur menyerang akar sehingga tanaman tumbuh kerdil, daun tidak segar, kadang-kadang layu terutama siang hari.
5.    Embun tepung (Sphaetotheca mascularis atau Uncinula necator).
o    Gejala: bagian yang terserang, terutama daun, tertutup lapisan putih tipis seperti tepung, bunga akan mengering dan gugur.
o    Pengendalian: dengan fungisida Benlate atau Rubigan 120 EC.
6.    Daun gosong (Diplocarpon earliana atau Marssonina fragariae)
o    Gejala: Daun berbercak bulat telur sampai bersudut tidak teratur, berwarna ungu tua.
o    Pengendalian kimia dengan fungisida Dithane M-45 atau Antracol 70 WP.
7.    Bercak daun
o    Penyebab :
1.     Ramularia tulasnii atau Mycosphaerella fragariae,
§  Gejala: bercak kecil ungu tua pada daun. Pusat bercak berwarna coklat yang akan berubah menjadi putih;
2.    Pestalotiopsis disseminata,
§  Gejala: bercak bulat pada daun. Pusat bercak berwarna coklat fua dikelilingi bagian tepi berwarna coklat kemerahan atau kekuningan, daun mudah gugur;
3.    Rhizoctonia solani,
§  Gejala : bercak coklat-hitam besar pada daun.
§  Pengendalian kimia dengan fungisida bahan aktif tembaga seperti Funguran 82 WP, Kocide 77 WP atau Cupravit OB 21.
8.    Busuk daun (Phomopsis obscurans).
o    Gejala: noda bula berwarna abu-abu dikelilingi warna merah ungu, kemudian noda membentuk luka mirip huruf V.
o    Pengendalian: dengan Dithane M-45, Antracol 70 WP atau Daconil 75 WP.
9.    Layu vertisillium (Verticillium dahliae)
o    Gejala: daun terinfeksi berwarna kekuning-kuningan hingga coklat, layu dan tanaman mati.
o    Pengendalian: melalui fumigasi gas dengan Basamid-G.
10. Virus
o    Ditularkan melalui serangga aphids atau tungau.
o    Gejala: terjadi perubahan warna daun dari hijau menjadi kuning (khlorosis) sepanjang tulang daun atau totol-totol (motle), daun jadi keriput, kaku, tanaman kerdil.
o    Pengendalian: menggunakan bibit bebas virus, menghancurkan tanaman terserang, menyemprot pestisida untuk mengendalikan serangga pembawa virus. Pencegahan hama dan penyakit umumnya dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan kebun/tanaman, menanam secara serempak (untuk memutus siklus hidup), menanam bibit yang sehat, memberikan pupuk sesuai anjuran sehingga tanaman tumbuh sehat, melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman bukan keluarga Rosaceae dan memangkas bagian tanaman/mencabut tanaman yang sakit. Membudidayakan stroberi dengan mulsa plastik juga akan menekan pertumbuhan hama/penyakit. Khusus untuk penyakit, perbaikan drainase biasanya dapat menurunkan serangan.
Sumber :
www.syifatun.blogspot.com
Majalah pengusaha muslim edisi 20. vol 2/ September 2011